

Karya dengan tema “Tanah Jawa” mencoba menghidupkan semangat budaya Jawa yang dinilai oleh seniman sebagai budaya yang punya sejarah tradisi yang panjang dan kaya. Pameran “Tanah Jawa” akan menggali intisari dari budaya Jawa dengan memakai bahasa visual yang kontemporer tetapi bernuansa Jawa. Dengan adanya karya dua dan tiga dimensi ALF berbicara tentang wacana seni kontemporer dan tradisional. Dalam bahasa Jawa, tanah maksudnya “lemah”, dan istilah “palemahan” berarti “tanah yang ditanami” atau “pekarangan; halaman” (= rumah). “Tanah Jawa” merujuk pertanian dan struktur agraris yang tetap berada di Jawa, tetapi perspektif kelompok ALF tidak “agrovisual”. “Tanah Jawa” juga punya makna budaya dan spiritual yang bisa menginspirasi senirupa.
Pameran ini bukan rekonstruksi sistem Jawa kuno yang ingin kembali ke zaman Majapahit, dan juga bukan model feodal baru (“feodalisme kontemporer”), tetapi menjadi eksperimen artistik yang mengajuk spiritualisme dan seni Jawa dalam rangka kekinian. Pameran ini masih berupa pencarian yang masih bisa digunakan dari tradisi panjang sebagai pedoman untuk wacana senirupa kontemporer.
Kontemporarisasi tradisi tidak maksud memakai pola bentuk visual lama, tetapi mencipta dan mengembangkan sesuatu yang baru. ALF mengharap seni kontemporer dan tradisional saling memperkaya untuk menghadapi wacana tentang global dan lokal supaya identitas dan akar budaya seniman tidak hilang.
Keanekaragaman adalah kebebasan seni; kekayaan budaya mau dihargai lagi. Bukan hegemoni Jawa yang dimaksudkan, tetapi kelestarian dan pembaruan budaya yang punya nilai spiritual, filosofis dan artistik yang masih relevan. Seni tidak boleh dibelenggu atu dikotakkan, tetapi harus bebas.
Para Peserta:
AB. Harnawa, Anton Subiyanto, Bayu Widodo, Bram Bravida, Budi ' Bodhonk' Prakoso, Daniel Rudi Haryanto, Dhadang Setyo Budi, Didik Widiyanto, Djarot Setiadji, Djoko Pekik, Edhi Sunarso, Farid Nur Arsof, FX Nanang, Genthong HSA, Hanung, Heri Kris, Heri Tejo, Joko (Gundul) Sulistiyono, Joni Candra, Kusdianti, Mulato Suprayogi, Maman Rahman, Maria Indria Sari, Muhammed Rizky, Nasirun, Nurcholis, Nurul Hayat (Acil), Priyaris Munandar, Romy Setiawan, S. Priyadi, Sindhu Cutter, Sumartono, Sumarwan, Tri Sasongko, Tri Suharyanto, Uret Pariono, Yayat Surya,T. Bhrontho Sutedjo
No comments:
Post a Comment