Monday, April 5, 2010

Narsisius Subiyanto

Narsisius Subiyanto

Beberapa kali aku bertemu teman untuk meminta saran mengenai tatacara yang sopan untuk membuka pameran. Alhasil ide-ide brilian mereka tumpah semua di kepalaku. Opsi satu, dua, tiga, empat, lima membuatku bingung memilih, dan tragisnya pun bebarengan dengan menguapnya detil satu per satu dari saran tadi.
“Jika kalian sebelumnya mengenal saya atau setidaknya pernah bertemu saya, atau mendengar saya, maka selayaknya saya ucapkan selamat.., karena di sini kita bertemu kembali. Nama asli saya bukanlah Anton Subiyanto tapi Narsisius Subiyanto. Selamat menikmati acara ini dan semoga selamat sampai di tujuan.” Ini yang aku ingat betul, kelakar temanku dengan dibumbui gaya tubuh meniru kebiyasaan gayaku sehari-hari. Ya otomatis, meledaklah tawa orang-orang di tiga bangku panjang samping kanan, kiri dan depanku saat kalimat itu di ucapkan. Aslinya Darno temanku tadi namanya, tapi kita memanggilnya (maaf) Jembut.
Meski belum pernah mengikuti acara pembukaan pameran seni rupa, Jembut memang selalu handal berkelakar dengan imaginasinya. Layaknya nama panggilannya, tidak sedikit kata-kata yang terproduksi dari bibirnya yang tergolong pelanggaran tapi banyak hal telah menginspirasi karya-karya ku.

-
Dilain waktu aku menceritakan prilaku konyol Jembut ke temanku yang juga temannya. Salah satu opini temanku terhadap Jembut begini,
“Kenapa kok ya Jembut dia dipanggil..... Bukan arti nama seseorang itu adalah doa untuk yang memiliki nama tersebut? Wah kasihan.......... tapi dia sebetulnya orang yang tergolong lebih cerdas dari teman-teman sebayanya lo. Buktinya Jembut yang prilakunya selalu konyol alias tidak pernah serius tapi mampu memiliki usaha sendiri. Toko ban mobil lagi.... ya termasuk wong sugih dia sekarang. Bisa jadi semua pembeli tokonya interes oleh kekonyolan kelakarnya, dan nyaman. .....bayangin saja setiap kita ngobrol dan ada Jembut, selalu saja ada yang diobrolkan. Jembut memang hiburan”

-
“Pameran ini saya gelar bukan karena semata seni itu adiluhung tapi paling tidak adalah usaha menciptakan lapangan kerja baru untuk seorang pengangguran seperti saya ini.” Mengingat penggalan banyolan Jembut yang ini, membuatku terkikik sendiri di depan komputer. Betul juga cocot Jembut., realitas dia sangatlah teknis, berfikir 3 menit selanjudnya doing. sebentar, Istilah teknis mungkin ada yang salah, bisa jadi taktis.
“Dan karya-karya saya kali ini banyak menggambarkan pikiran saya memikirkan prilaku orang lain. Dan pikiran saya sendiri tidak lain murni imajinasi. Jadi dibilang palsu tapi asli dibilang asli tapi palsu. Jadi tidak perlu bingung sendiri dan banyak bertanya. Karena jika kalian setelah melihat karya saya dan berprilaku seperti yang saya sebutkan tadi, bisa jadi selain dianggap aneh malah juga terlihat bodoh dan disinyalir kalian telah melakukan prilaku ceroboh bersikap.” Ini tadi juga Jembut yang bilang. Saya setuju jika temanku menganggapnya cerdas bukan hanya diantara teman sebayanya tapi juga dewasa dan jujur. Lebih tepatnya aku mengistilahkan waton nyocot-waton nyoto.

Comotan pengalaman ini semoga layak mengantar kawan-kawan menikmati pameran terbaruku yang bertajuk “Room Shit Home – MAIN KAYU” 14-28 Maret 2010 di Survive!Garage.


Anton Subiyanto

No comments:

Post a Comment